Senin, 26 November 2012

Metamorf Rock's



v  Pengertian Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan aslinya, berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T) dantekanan (P) yang tinggi. Batuan metamorfosa disebut juga dengan batuan malihanatau ubahan, demikian pula dengan prosesnya, proses malihan. Prosesmetamorfisme atau malihan merupakan perubahan himpunan mineral dan tekstur  batuan, namun dibedakan denag proses diagenesa dan proses pelapukan yang jugamerupakan proses dimana terjadi perubahan.
Proses metamorfosa berlangsungakibat perubahan suhu dan tekanan yang tinggi, diatas 200° C dan 300 Mpa (mega pascal), dan dalam keadaan padat. Sedangkan proses diagenesa berlangsung padasuhu dibawah 200° C dan proses pelapukan pada suhu dan tekanan normal, jauhdibawahnya, dalam lingkungan atmosfir.Preses metamorfosa dapat didefinisikan sebagai:”Perubahan himpunan mineral dan tekstur batuan dalam keadaan (fasa) padat(solid slate) pada suhu diatas 200°C dan tekanan 300 Mpa”.Batuan metamorf memerlukan perhatian tersendiri, karena perubahannya berlangsung dalam keadaan padat.
Saat lempeng-lempeng tektonik bergerak danfragmen kerak bertabrakan, batuan terkoyak, tetarik (extended), terlipat,terpanaskan dan berubah dengan cara yang kompleks. Tetapi meskipun batuansudah mengalami perubahan dua kali atau lebih, biasanya bekas atau bentuk  batuan semula masih tersimpan, karena perubahannya terjadi dalam keadaan padat. Padat tidak seperti cair atau gas cenderung untuk menyimpan peristiwa- peristiwa (events) pengubahannya. Diantara kelompok batuan, batuan metamorf merupakan yang paling kompleks, tetapi juga paling menarik karena didalamnyatersimpan semua cerita yang telah terjadi pada kerak bumi.


Pembentukan Batuan Metamorf
Batuan beku dan sedimen dibentuk akibat interaksi dari proses kimia, fisika, biologi dan kondisi-kondisinya di dalam bumi serta di permukaannya. Bumi merupakan sistim yang dinamis, sehingga pada saat pembentukannya, batuan-batuan mungkin mengalami keadaan yang baru dari kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan perubahan yang luas di dalam tekstur dan mineraloginya. Perubahan-perubahan tersebut terjadi pada tekanan dan temperatur di atas diagenesa dan di bawah pelelehan, maka akan menunjukkan sebagai proses metamorfisme.
Suatu batuan mungkin mengalami beberapa perubahan lingkungan sesuai dengan waktu, yang dapat menghasilkan batuan polimetamorfik. Sifat-sifat yang mendasar dari perubahan metamorfik adalah batuan tersebut terjadi selama batuan berada dalam kondisi padat. Perubahan komposisi di dalam batuan kurang berarti pada tahap ini, perubahan tersebut adalah isokimia yang terdiri dari distribusi ulang elemen-elemen lokal dan volatil diantara mineral-mineral yang sangat reaktif. Pendekatan umum untuk mengambarkan batas antara diagenesa dan metamorfisme adalah menentukan batas terbawah dari metamorfisme sebagai kenampakan pertama dari mineral yang tidak terbentuk secara normal di dalam sedimen-sedimen permukaan, seperti epidot dan muskovit. Walaupun hal ini dapat dihasilkan dalam batas yang lebih basah. Sebagai contoh, metamorfisme shale yang menyebabkan reaksi kaolinit dengan konstituen lain untuk menghasilkan muskovit. Bagaimanapun juga, eksperimen-eksperimen telah menunjukkan bahwa reaksi ini tidak menempati pada temperatur tertentu tetapi terjadi antara 200°C – 350°C yang tergantung pada pH dan kandungan potasium dari material-material disekitarnya. Mineral-mineral lain yang dipertimbangkan terbentuk pada awal metamorfisme adalah laumonit, lawsonit, albit, paragonit atau piropilit. Masing-masing terbentuk pada temperatur yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda, tetapi secara umum terjadi kira-kira pada 150°C atau dikehendaki lebih tinggi. Di bawah permukaan, temperatur di sekitarnya 150°C disertai oleh tekanan lithostatik kira-kira 500 bar.
Batas atas metamorfisme diambil sebagai titik dimana kelihatan terjadi pelelehan batuan. Di sini kita mempunyai satu variabel, sebagai variasi temperatur pelelehan sebagai fungsi dari tipe batuan, tekanan lithostatik dan tekanan uap. Satu kisaran dari 650°C – 800°C menutup sebagian besar kondisi tersebut. Batas atas dari metamorfisme dapat ditentukan oleh kejadian dari batuan yang disebut migmatit. Batuan ini menunjukkan kombinasi dari kenampakan tekstur, beberapa darinya muncul menjadi batuan beku dan batuan metamorf yang lain.
Berdasarkan tingkat malihannya, batuan metamorf dibagi menjadi dua yaitu (1) metamorfisme tingkat rendah (low-grade metamorphism) dan (2) metamorfisme tingkat tinggi (high-grade metamorphism) (Gambar 3.9). Pada batuan metamorf tingkat rendah jejak kenampakan batuan asal masih bisa diamati dan penamaannya menggunakan awalan meta (-sedimen, -beku), sedangkan pada batuan metamorf tingkat tinggi jejak batuan asal sudah tidak nampak, malihan tertinggi membentuk migmatit (batuan yang sebagian bertekstur malihan dan sebagian lagi bertekstur beku atau igneous).







Gambar: memperlihatkan batuan asal yang mengalami metamorfisme tingkat rendah – medium dan tingkat tinggi (O’Dunn dan Sill, 1986).
Pembentukan batuan metamorf selain didasarkan pada tingkat malihannya juga didasarkan pada penyebabnya. Berdasarkan penyebabnya batuan metamorf dibagi menjadi tiga yaitu (1) Metamorfisme kontak/ termal, pengaruh T dominan; (2) Metamorfisme dinamo/ kataklastik/dislokasi/kinematik, pengaruh P dominan; dan (3) Metamorfisme regional, terpengaruh P & T, serta daerah luas. Metamorfisme kontak terjadi pada zona kontak atau sentuhan langsung dengan tubuh magma (intrusi) dengan lebar antara 2 – 3 km (Gambar 3.10). Metamorfisme dislokasi terjadi pada daerah sesar besar/ utama yaitu pada lokasi dimana masa batuan tersebut mengalami penggerusan. Sedangkan metamorfisme regional terjadi pada kulit bumi bagian dalam dan lebih intensif bilamana diikuti juga oleh orogenesa (Gambar 3.11). penyebaran tubuh batuan metamorf ini luas sekali mencapai ribuan kilometer.


v  Proses metamorfisme

Proses metamorfisme, meliputi:

·                     Proses perubahan fisik yang menyangkut struktur dan tekstur oleh tenagakristaloblastik (tenaga dari sedimen-sedimen kimia untuk menyusunsusunan sendiri).
·                     Proses-proses perubahan susunan mineralogi, sedangkan susunankimianya tetap (isokimia) tidak ada perubahan komposisi kimiawi, tapihanya perubahan ikatan kimia.

Tahap-tahap proses metamorfisme:
  1. Rekristalisasi
Proses ini dibentukoleh tenaga kristaloblastik, di sini terjadi penyusunankembali kristal-kristal dimana elemen-elemen kimia yang sudah adasebelumnya.

  1.  Reorientasi
Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, di sini pengorientasian kembali dari susunan kristak-kristal, dan ini akan berpengaruh pada tekstur dan struktur yang ada.
  1.  Pembentukan mineral-mineral baru
Proses ini terjadi dengan penyusunan kembali elemen-elemen kimiawiyang sebelumnya sudah ada.
a.    Dalam metamorfosa yang berubah adalah : tekstur dan asosiasimineral, yang tetap adalah komposisi kimia dan fase padat (tanpamelalui fase cair). 
b.  Teksturnya selalu mereflesikan sejarah pembentukannya.c.Ditinjau dari perubahan P & T, dikenal :
ü  Progresive metamorfosa : perubahan dari P & T rendah ke P & Ttinggi.
ü  Retrogresive metamorfosa : perubahan dari P & T tinggi ke P & Trendah. Kondisi yang mengontrol metamorfosa /mempengaruhi rekristalisasi dan tekstur.

A.                                                            Tekanan :
a.                   Tekanan Hidrostatik - Tekanan searah  (stress) Di sini dikenal 2 kelompok mineral  yaitu :
·         Stress mineral : yaitu mineral-mineral yang tahan terhadap tekanan. Contoh : staurolit, kinit 
·         Anti stress mineral : yaitu mineral-mineral yang jarang dijumpai pada batuan yang mengalami stress.  Contoh : olivin, andalusit
b.                   Temperatur
pada umumnya perubahan temperatur jauh lebih efektif dari pada perubahan tekanan dalam hal pengaruhnya bagi perubahan mineralogi.
c.                   Katalisator 
berfungsi mempercepat reaksi, terutama pada metamorfose bertemperatur rendah. Ada 2 hal yang dapat mempercepat reaksi yaitu :
·         Adanya larutan-larutan kimia yang berjalan antar ruang butiran.
·         Deformasi batuan, dimana batuan pecah-pecah menjadifragmen-fragmen kecil sehingga memudahkan kontak antar larutan nimia dengan fragüen-fragmen.
d.                  FLUIDA
   
e.                   Komposisi
Proses metamorfisme membentuk batuan yang sama sekali berbeda dengan batuan asalnya, baik tekstur maupun komposisi mineral. Mengingat bahwa kenaikan tekanan atau temperatur akan mengubah mineral bila batas kestabilannya terlampaui, dan juga hubungan antar butiran / kristalnya. Prosesmetamorfisme tidak mengubah komposisi kimia batuan. Oleh karena itudisamping faktor tekanan dan temperatur, pembentukan batuan metamorf ini jika tergantung pada jenis batuan asalnya.


v  Faktor-faktor yang mempengaruhi proses metamorfisme

Komposisi batuan asal sangat mempengaruhi pembentukan himpunan mineral baru, demikian pula dengan suhu dan tekanan. Suhu dan tekanan tidaklah berperan langsung, akan tetapi juga ada atau tidaknya cairan serta lamanyamengalami panas dan tekanan yang tinggi, dan bagaimana tekanannya, searah,terpuntir dan sebagainya.
  1. Pengaruh cairan terhadap reaksi kimiaPori-pori yang terdapat pada batuan sedimen atua batuan beku terisi ole cairan (fluida), yang merupakan larutan dari gas-gas, garam dan mineral yangterdapat pada batuan yang bersangkutan. Pada suhu yang tinggi intergranular ini lebih bersifat uap dan pada cair, dan mempunyai peran yang penting dalammetamorfisme. Di bawah suhu dan tekanan yang tinggi akan terjadi pertukaran unsur dari larutan ke mineral-mineral dan sebaliknya. Fungsicairan ini sebagai media transport dari larutan ke mineral dan sebaliknya,sehingga mempercepat proses metamorfisme. Jika tidak ada larutan atau jumlahnya sedikit sekali, maka metamorfismenya akan berlangsung lambat,karena perpindahannya akan melalui diffusi antar mineral yang padat.
  2. Suhu dan tekananBatuan apabila dipanaskan pada suhu tertentu akan membentukmineral-mineral baru, yang hasil akhirnya adalah batuan metamorf. Sumber panasnya berasal dari panas dalam bumi. Batuan dapat terpanaskan oleh timbunan(burial) atau terobosan dapat juga menimbulkan perubahan tekanan, sehinggasukar dikatakan metamorfisme hanya disebabkan ole keniakan suhu saja.Tekanan dalam proses metamorfisme bersifat sebagai stress yang mempunyai besaran serta arah. Tekstur batuan metamorf memperlihatkan bahwa batuanini terbentuk di bawah differensial stress, atau tekanannya tidak sama besar dari segala arah
Berbeda dengan batuan beku yang terbentuk melalui lelehan dan di bawah pengaruh uniform stress, atau mempunyai bersaran yang sama dari semua arah.
  1. http://htmlimg4.scribdassets.com/18npchy474g6761/images/6-e2b0212417.jpgWaktu Untuk mengetahui berapa lama berlangsungnya proses metamorfisme tidaklah mudah dan sampai saat ini masih belum diketahui bagaimana caranya.Dalam percobaan di laboratorium memperlihatkan bahwa di bawah tekanansuhu tinggi serta waktu reasi yang lama akan menghasilkan kristal dengan ukuran yang besar. Dan dalam kondisi yang sebaliknya dihasilkan kristal yangkecil. Dengan demikian untuk sementara ini disimpulkan bahwa batuan berbutir kasar merupakan hasil metamorfisme dalam waktu yang panjang sertasuhu dan tekanan yang tinggi. Sebaliknya yang berbutir halus, waktunya pendek serta suhu dan tekanan yang rendah. Batuan metamorf terbentuk akibat perubahan tekanan dan atau temperatur,dalam keadaan padat serta tanpa merubah komposisi kimia batuan asalnya





4.      Tipe-tipe metamorfosisa)
a.    Berdasarkan penyebab/proses utama
         Dynamic Metamorphism
(metamorfisme dynamo), terjadi akibat pengaruhtekanan kuat dalam waktu yang lama. Contohnya batu sabak.
         Metamorfosa kontak (Thermal Metamorphism ), terjadi akibat pengaruhsuhu yang tinggi karena adanya aktifitas magma. Contohnya marmer.
         Metamorfosa dinamo-termal ( Dynamo-thermal Metamorphism), terjadiakibat tambahan tekanan dan kenaikan temperatur. Contohnya skis.
b.             Berdasarkan setting 
         Contact Metamorphism  Pyrometamorphism
         Regional Metamorphism Orogenic Metamorphism  Burial Metamorphism  Ocean Floor Metamorphism
         Hydrothermal Metamorphism
         Fault-Zone Metamorphism
         Impact or Shock Metamorphism
5.      Fasies dan Seri fasies metamorphosis Fasies metamorfosis
Sekumpulan batuan yang masing-masing mempunyai paragenesa mineraltertentu; mempunyai keseimbangan P dan T yang sama. Mineral indikatornya berupa himpunan mineral yang mencirikan kondisi P & T tertentu.
Seri fasies metamorfosisSekumpulan fasies metamorfosis yang mencirikan suatu daerah secaraindividu;dalam satu diagram P & T ditunjukkan oleh satu kurva atau sekumpulankurva yang memperlihatkan batasan dari tipe fasies dan metamorfosis yang  berbeda, akibat adanya gradien geothermal berbeda di daerah terjadinya metamorfosis.




6.        Faktor-Faktor Yang Harus Diperhatikan Dalam Deskripsi Batuan Metamorf 
a.       Warna
Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya.mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi olehkomposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui jenismagma pembentuknya.


b.      Tekstur Batuan
Pengertian tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir-butir mineral yangada di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir,granularitas, dan hubungan antar butir (fabric). Tekstur yang berkembang selama proses metamorfisme secara tipikal penamaanya mengikuti kata-kata yang mempunyai akhiran -blastik. Contohnya, batuan metamorf yang berkomposisi kristal-kristal berukuran seragam disebut dengan granoblastik. Secara umum satu atau lebih mineral yang hadir berbeda lebih besar dari rata-rata; kristal yang lebih besar tersebut dinamakan porphiroblast. Porphiroblast, dalam pemeriksaan sekilas, mungkin membingungkan dengan fenokris (pada batuan beku), tetapi biasanya mereka dapat dibedakan dari sifat mineraloginya dan foliasi alami yang umum dari matrik. Pengujian mikroskopik porphiroblast sering menampakkan butiran-butiran dari material matrik, dalam hal ini disebut poikiloblast. Poikiloblast biasanya dianggap terbentuk oleh pertumbuhan kristal yang lebih besar disekeliling sisa-sisa mineral terdahulu, tetapi kemungkinan poikiloblast dapat diakibatkan dengan cara pertumbuhan sederhana pada laju yang lebih cepat daripada mineral-mineral matriknya, dan yang melingkupinya. Termasuk material yang menunjukkan (karena bentuknya, orientasi atau penyebarannya) arah kenampakkan mula-mula dalam batuan (seperti skistosity atau perlapisan asal); dalam hal ini porphiroblast atau poikiloblast dikatakan mempunyai tekstur helicitik. Kadangkala batuan metamorf terdiri dari kumpulan butiran-butiran yang berbentuk melensa atau elipsoida; bentuk dari kumpulan-kumpulan ini disebut augen (German untuk “mata”), dan umumnya hasil dari kataklastik (penghancuran, pembutiran, dan rotasi). Sisa kumpulan ini dihasilkan dalam butiran matrik. Istilah umum untuk agregat adalah porphyroklast.
Jika warna batuan berhubunganerat dengan komposisi kimia dan mineralogi, maka tekstur berhubungan dengansejarah pembentukan dan keterdapatannya. Tekstur merupakan hasil darirangkaian proses sebelum,dan sesudah kristalisasi. Secara umum, tekstur metamorf terbagi atas tekstur dan tekstur larutan sisa. Tekstur metamorf yaitu :

         Lepidoblastik ,apabila terdiri dari mineral – mineral yang tabular.
         Nematoblastik , apabila terdiri dari mineral – mineral yang prismatic.
         Porfiroblastik , apabila mempunyai tekstur porfiroblastik

         Granoblastik, apabila terdiri dari mineral – mineral yang equedimensional (granular) dengan  batas – batas yang sutured. Mineral – mineralnya mempunyai bentuk anhedral.

         Granuloblastik , apabila terdiri dari mineral – mineral yangequedimensional (granular) dengan batas – batas yang unsutured.Mineral – mineralnya mempunyai bentuk anhedral.

         Relic, apabila tteksturnya berasal dari batuan terdahulu.

         Hornfelsik , seperti granoblastik memperlihatkan tekstur mosaic tetapitidak menunjukkan orientasi.

         Homeoblastik , apabila batuan terdiri dari atas satu tekstur saja.

         Heteroblastik , apabila batuan terdiri atas lebih dari satu tekstur.

         Granoblastik polygonalc


Tekstur Kristaloblastik
         Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur batuan asal sudah tidak kelihatan lagi atau memperlihatkan kenampakan yang sama sekali baru. Dalam penamaannya menggunakan akhiran kata –blastik. Berbagai kenampakan tekstur batuan metamorf dapat dilihat pada Gambar 3.13.
         Tekstur Porfiroblastik: sama dengan tekstur porfiritik (batuan beku), hanya kristal besarnya disebut porfiroblast.
         Tekstur Granoblastik: tekstur yang memperlihatkan butir-butir mineral seragam.
         Tekstur Lepidoblastik: tekstur yang memperlihatkan susunan mineral saling sejajar dan berarah dengan bentuk mineral pipih.
         Tekstur Nematoblastik: tekstur yang memperlihatkan adanya mineral-mineral prismatik yang sejajar dan terarah.
         Tekstur Idioblastik: tekstur yang memperlihatkan mineral-mineral berbentuk euhedral.
         Tekstur Xenoblastik: sama dengan tekstur idoblastik, namun mineralnya berbentuk anhedral.

Tekstur Palimpset
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur sisa dari batuan asal masih bisa diamati. Dalam penamaannya menggunakan awalan kata –blasto.
         Tekstur Blastoporfiritik: tekstur yang memperlihatkan batuan asal yang porfiritik.
         Tekstur Blastopsefit: tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang ukuran butirnya lebih besar dari pasir.
         Tekstur Blastopsamit: sama dengan tekstur blastopsefit, hanya ukuran butirnya sama dengan pasir.
         Tekstur Blastopellit: tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang ukuran butirnya lempung.
 (Gillen, 1982) 



Setelah kita menentukan batuan asal mula metamorf, kita harus menamakan batuan tersebut. Sayangnya prosedur penamaan batuan metamorf tidak sistematik seperti pada batuan beku dan sedimen. Nama-nama batuan metamorf terutama didasarkan pada kenampakan tekstur dan struktur (Tabel 3.14). Nama yang umum sering dimodifikasi oleh awalan yang menunjukkan kenampakan nyata atau aspek penting dari tekstur (contoh gneis augen), satu atau lebih mineral yang ada (contoh skis klorit), atau nama dari batuan beku yang mempunyai komposisi sama (contoh gneis granit). Beberapa nama batuan yang didasarkan pada dominasi mineral (contoh metakuarsit) atau berhubungan dengan facies metamorfik yang dipunyai batuan (contoh granulit).
Metamorfisme regional dari batulumpur melibatkan perubahan keduanya baik tekanan dan temperatur secara awal menghasilkan rekristalisasi dan modifikasi dari mineral lempung yang ada. Ukuran butiran secara mikroskopik tetap, tetapi arah yang baru dari orientasi mungkin dapat berkembang sebagai hasil dari gaya stres. Resultan batuan berbutir halus yang mempunyai belahan batuan yang baik sekali dinamakan slate. Bilamana metamorfisme berlanjut sering menghasilkan orientasi dari mineral-mineral pipih pada batuan dan penambahan ukuran butir dari klorit dan mika.
 Hasil dari batuan yang berbutir halus ini dinamakan phylit, sama seperti slate tetapi mempunyai kilap sutera pada belahan permukaannya. Pengujian dengan menggunakan lensa tangan secara teliti kadangkala memperlihatkan pecahan porpiroblast yang kecil licin mencerminkan permukaan belahannya. Pada tingkat metamorfisme yang lebih tinggi, kristal tampak tanpa lensa. Disini biasanya kita menjumpai mineral-mineral yang pipih dan memanjang yang terorientasi kuat membentuk skistosity yang menyolok. Batuan ini dinamakan skis, masih bisa dibelah menjadi lembaran-lembaran.
Umumnya berkembang porpiroblast; hal ini sering dapat diidentikkan dengan sifat khas mineral metamorfik seperti garnet, staurolit, atau kordierit. Masih pada metamorfisme tingkat tinggi disini skistosity menjadi kurang jelas; batuan terdiri dari kumpulan butiran sedang sampai kasar dari tekstur dan mineralogi yang berbeda menunjukkan tekstur gnessik dan batuannya dinamakan gneis.
Kumpulan yang terdiri dari lapisan yang relatif kaya kuarsa dan feldspar, kemungkinan kumpulan tersebut terdiri dari mineral yang mengandung feromagnesium (mika, piroksin, dan ampibol). Komposisi mineralogi sering sama dengan batuan beku, tetapi tekstur gnessik biasanya menunjukkan asal metamorfisme; dalam kumpulan yang cukup orientasi sering ada. Penambahan metamorfisme dapat mengubah gneis menjadi migmatit. Dalam kasus ini, kumpulan berwarna terang menyerupai batuan beku tertentu, dan perlapisan kaya feromagnesium mempunyai aspek metamorfik tertentu.
Jenis batuan metamorf lain penamaannya hanya berdasarkan pada komposisi mineral, seperti: Marmer disusun hampir semuanya dari kalsit atau dolomit; secara tipikal bertekstur granoblastik. Kuarsit adalah batuan metamorfik bertekstur granobastik dengan komposisi utama adalah kuarsa, dibentuk oleh rekristalisasi dari batupasir atau chert/rijang. Secara umum jenis batuan metamorfik yang lain adalah sebagai berikut:
         Amphibolit: Batuan yang berbutir sedang sampai kasar komposisi utamanya adalah ampibol (biasanya hornblende) dan plagioklas.
         Eclogit: Batuan yang berbutir sedang komposisi utama adalah piroksin klino ompasit tanpa plagioklas felspar (sodium dan diopsit kaya alumina) dan garnet kaya pyrop. Eclogit mempunyai komposisi kimia seperti basal, tetapi mengandung fase yang lebih berat. Beberapa eclogit berasal dari batuan beku.
         Granulit: Batuan yang berbutir merata terdiri dari mineral (terutama kuarsa, felspar, sedikit garnet dan piroksin) mempunyai tekstur granoblastik. Perkembangan struktur gnessiknya lemah mungkin terdiri dari lensa-lensa datar kuarsa dan/atau felspar.
         Hornfels: Berbutir halus, batuan metamorfisme thermal terdiri dari butiran-butiran yang equidimensional dalam orientasi acak. Beberapa porphiroblast atau sisa fenokris mungkin ada. Butiran-butiran kasar yang sama disebut granofels.
         Milonit: Cerat berbutir halus atau kumpulan batuan yang dihasilkan oleh pembutiran atau aliran dari batuan yang lebih kasar. Batuan mungkin menjadi protomilonit, milonit, atau ultramilomit, tergantung atas jumlah dari fragmen yang tersisa. Bilamana batuan mempunyai skistosity dengan kilap permukaan sutera, rekristralisasi mika, batuannya disebut philonit.
         Serpentinit: Batuan yang hampir seluruhnya terdiri dari mineral-mineral dari kelompok serpentin. Mineral asesori meliputi klorit, talk, dan karbonat. Serpentinit dihasilkan dari alterasi mineral silikat feromagnesium yang terlebih dahulu ada, seperti olivin dan piroksen.
         Skarn: Marmer yang tidak bersih/kotor yang mengandung kristal dari mineral kapur-silikat seperti garnet, epidot, dan sebagainya. Skarn terjadi karena perubahan komposisi batuan penutup (country rock) pada kontak batuan beku.










Tekstur batuan metamorf
Struktur Batuan Metamorf
Secara umum struktur yang dijumpai di dalam batuan metamorf dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu struktur foliasi dan struktur non foliasi. Struktur foliasi ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf, sedang struktur non foliasi tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf.
Struktur Foliasi
a. Struktur Skistose: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral pipih (biotit, muskovit, felspar) lebih banyak dibanding mineral butiran.
b. Struktur Gneisik: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral granular, jumlah mineral granular relatif lebih banyak dibanding mineral pipih.
c. Struktur Slatycleavage: sama dengan struktur skistose, kesan kesejajaran mineraloginya sangat halus (dalam mineral lempung).
d. Struktur Phylitic: sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan kesejajarannya sudah mulai agak kasar.

Struktur Non Foliasi
a. Struktur Hornfelsik: struktur yang memperlihatkan butiran-butiran mineral relatif seragam.
b. Struktur Kataklastik: struktur yang memperlihatkan adanya penghancuran terhadap batuan asal.
c. Struktur Milonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi oleh adanya orientasi mineral yang berbentuk lentikuler dan butiran mineralnya halus.
d. Struktur Pilonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan permukaan yang berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar dibanding struktur milonitik, malah mendekati tipe struktur filit.
e. Struktur Flaser: sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal berbentuk lensa yang tertanam pada masa dasar milonit.
f. Struktur Augen: sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir felspar dalam masa dasar yang lebih halus.
g. Struktur Granulose: sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai ukuran beragam.
h. Struktur Liniasi: struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang berbentuk jarus atau fibrous.
 


v  TABEL IDENTIFIKASI BATUAN METAMORF
STRUKTUR
CIRI LAIN
KOMPOSISI
MINERAL UTAMA
GENESA
NAMA BATUAN
FOLIASI
SLATY CLEAVAGE
-    Abu-abu kehitaman, hijau, merah
-    Kilap suram
-    Belahan berkembang baik
Klorit
Mika
Kwarsa


- Metamorfosa regional
- Dari mudstone, siltstone, claystone dll
BATU SABAK
(SLATE)
-    Kehijauan atau merah
-    Kilap sutera
-    Belahan tidak berkembang baik



FILIT
SCHISTOSE
-    Foliasi kadang-kadang bergelombang
-    Kadang-kadang hadir garnet

Amphibole

Metamorfosa Regional
SEKIS
GNEISSIC
Kwarsa dan feldspar nampak berselang seling dengan lapisan tipis yang kaya amphibol dan mika


Piroksen
Metamorfosa Regional
GENIS
NON  FOLIASI
- Warna beragam
- Lebih keras dibanding kaca
KWARSA

KWARSIT
-   Warna gelap
-   Berbutir halus
-   Lebih keras dibanding gelas
KWARSA/MIKA
Metamorfosa Termal/Kontak
HORNFELS
- Warna putih sampai dengan hitam
- Kadang masih terdapat fosil
- Lebih keras dibanding kuku jari
- Bereaksi dengan HCl
DOLOMIT
Atau
KALSIT

MARMER
-   Hijau terang sampai gelap
-  Kilap berminyak
-   Lebih keras dari kuku jari
SERPENTIN

SERPENTIN
-   Hitam
-   Pecahan konkoidal
-   Lebih keras dari kuku jari


“ANTRASITE
COAL”
-   Abu-abu hijau sampai abu-abu biru
-   Kilap berminyak
-   Lebih lunak dari kuku jari